Home Teori-Teori Framework Thinking Framework Thinking dan Teori Para Ahli: Eksplorasi Komprehensif

Framework Thinking dan Teori Para Ahli: Eksplorasi Komprehensif

12 min read
33

*) Gambar sebagai ilustrasi

 

Framework Thinking dan Teori Para Ahli: Eksplorasi Komprehensif


Pendahuluan

Di dunia yang kompleks dan terus berubah, kemampuan untuk memahami masalah yang berlapis-lapis, mensintesis informasi, dan menemukan solusi yang koheren sangat berharga. Salah satu pendekatan paling efektif untuk mengelola kompleksitas ini adalah framework thinking. Pada intinya, framework thinking adalah penggunaan model konseptual secara strategis untuk menganalisis, menyusun, dan membimbing pemahaman serta tindakan. Framework membantu menyederhanakan kenyataan tanpa menyederhanakan secara berlebihan, memungkinkan individu dan organisasi melihat pola, hubungan, dan titik-titik tuas untuk perubahan.

Esai ini mengupas definisi, asal-usul, aplikasi, dan pentingnya framework thinking. Esai ini juga membahas dasar-dasar teoritis serta wawasan dari para pemikir terkemuka yang telah berkontribusi dalam pengembangan dan penyempurnaan framework sebagai alat kognitif untuk pengambilan keputusan, pembelajaran, strategi, inovasi, dan kepemimpinan.


Apa Itu Framework Thinking?

Framework thinking adalah kebiasaan mental untuk mengorganisasi informasi, ide, dan sistem ke dalam model yang terstruktur yang memperlihatkan hubungan antar elemen. Framework sering kali hadir dalam bentuk diagram, matriks, taksonomi, atau akronim yang menjelaskan topik kompleks menjadi kategori yang dapat dikelola.

Alih-alih langsung melompat ke kesimpulan atau bertindak impulsif, pemikir berbasis framework mengambil langkah mundur dan memetakan gambaran besar, dengan bertanya:

  • Apa saja elemen utama yang terlibat?
  • Bagaimana elemen-elemen ini saling berinteraksi?
  • Di mana titik pengungkit untuk bertindak?
  • Prinsip, proses, atau lensa apa yang dapat membantu memahami?

Framework thinking adalah strategi metakognitif—membantu orang berpikir tentang bagaimana mereka berpikir. Ia menciptakan struktur yang dapat diulang untuk menyelesaikan masalah, menghasilkan wawasan, dan mengkomunikasikan ide.


Peran Framework dalam Kognisi Manusia

Framework bukanlah hal baru; mereka berakar pada kecenderungan alami manusia untuk mencari pola. Menurut ilmu kognitif, manusia mengandalkan skema—struktur mental yang mengatur pengetahuan dan membimbing interpretasi terhadap informasi baru. Framework adalah skema yang disengaja dan dieksternalisasi, dapat dibagikan, diuji, dan disempurnakan.

Framework thinking meningkatkan:

  • Kejelasan – mengurangi ambiguitas dengan merinci hubungan yang jelas.
  • Fokus – mengidentifikasi komponen penting dan mengabaikan gangguan.
  • Memori – meningkatkan daya ingat melalui representasi yang terstruktur.
  • Pembelajaran – mendorong pemahaman mendalam dengan konteks yang tepat.
  • Komunikasi – menciptakan bahasa bersama bagi tim dan lintas disiplin.

Jenis-Jenis Framework

  1. Framework Analitis
    Digunakan untuk membedah dan memahami suatu situasi (misalnya, Analisis SWOT, Lima Kekuatan Porter).
  2. Framework Strategis
    Membimbing pengambilan keputusan dan perencanaan (misalnya, Balanced Scorecard, Theory of Change).
  3. Framework Proses
    Menggambarkan proses sekuensial atau siklikal (misalnya, Siklus PDCA, Design Thinking).
  4. Framework Pengetahuan
    Membantu mengorganisasi ranah pengetahuan (misalnya, Taksonomi Bloom, Model SECI Nonaka).
  5. Framework Prompt
    Digunakan dalam sistem AI dan pembelajaran untuk menyusun pertanyaan dan berpikir kreatif (misalnya, Framework SUCCESS, WRITE).

Teori Kunci dari Para Ahli Mengenai Framework Thinking

1. Peter Senge – Systems Thinking

Dalam bukunya The Fifth Discipline, Peter Senge menekankan pentingnya systems thinking—pendekatan holistik yang melihat keseluruhan, bukan bagian-bagian terpisah. Ia menyebut “model mental” sebagai struktur dasar dalam pikiran manusia yang membentuk cara mereka melihat dunia.

Framework thinking sejalan dengan systems thinking karena keduanya bertujuan memodelkan kompleksitas, mengungkap umpan balik, dan mendukung keputusan yang berkelanjutan.

“Inti dari pembelajaran terletak pada penggunaan framework untuk menantang dan mengembangkan model mental kita.” – Peter Senge


2. Donald Schön – Reflective Practice

Donald Schön memperkenalkan konsep praktisi reflektif, yang menunjukkan bagaimana para profesional berpikir dalam tindakan menggunakan framework untuk memahami situasi ambigu. Ia membedakan antara “pengetahuan dalam tindakan” dan “refleksi dalam tindakan”.

“Refleksi bukanlah gangguan terhadap pengalaman, melainkan pembentukan strukturnya.” – Donald Schön

Framework thinking sangat penting di lingkungan pembelajaran profesional yang menuntut refleksi terhadap pengalaman demi peningkatan di masa depan.


3. Chris Argyris – Action Science

Bersama Schön, Chris Argyris mengembangkan Action Science, yang menggunakan framework untuk menjembatani kesenjangan antara niat dan hasil dalam pembelajaran organisasi. Framework terkenalnya Ladder of Inference menjelaskan bagaimana seseorang berpindah dari data ke keputusan melalui filter mental. Ia menekankan pentingnya mengungkap dan menguji model mental ini.

“Kita harus menantang alasan di balik tindakan kita—bukan hanya tindakannya saja.” – Chris Argyris


4. Daniel Kahneman – Thinking, Fast and Slow

Dalam bukunya yang terkenal, Kahneman membedakan antara Sistem 1 (cepat, intuitif) dan Sistem 2 (lambat, penuh pertimbangan). Framework mendorong aktivasi Sistem 2 dengan memaksa kita melambat dan berpikir hati-hati.

Tanpa struktur berpikir (seperti framework), kita rentan terhadap bias kognitif seperti anchoring, availability bias, dan confirmation bias.

“Ketika menghadapi pertanyaan sulit, kita sering menjawab pertanyaan yang lebih mudah—tanpa menyadari pergantiannya.” – Daniel Kahneman

Framework membantu mencegah hal ini dengan membuat kita secara sadar menyusun pendekatan pemecahan masalah.


5. Nonaka & Takeuchi – Knowledge Creation

Dalam Model SECI (Socialization, Externalization, Combination, Internalization), Ikujiro Nonaka dan Hirotaka Takeuchi menjelaskan bagaimana organisasi menciptakan pengetahuan. Framework memainkan peran penting pada fase eksternalisasi, saat pengetahuan tacit diubah menjadi eksplisit melalui model bersama.

“Framework yang baik mengubah wawasan terpisah menjadi pengetahuan organisasi.” – Nonaka & Takeuchi


6. David Kolb – Experiential Learning Theory

Siklus pembelajaran eksperiensial Kolb (Pengalaman Konkret, Observasi Reflektif, Konseptualisasi Abstrak, Eksperimen Aktif) sendiri adalah framework pembelajaran. Ia menunjukkan bagaimana pengalaman dikonversi menjadi pengetahuan melalui refleksi dan pemikiran terstruktur.

“Pembelajaran adalah proses di mana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman.” – David Kolb

Framework membantu fase “konseptualisasi abstrak”, menerjemahkan realitas yang kompleks menjadi model yang jelas.


Aplikasi Modern Framework Thinking

1. Dalam Kepemimpinan

Pemimpin menggunakan framework untuk menyelaraskan visi, strategi, dan eksekusi. Model seperti Golden Circle (Why–How–What) dari Simon Sinek atau 8 Langkah Perubahan dari John Kotter membantu pemimpin mengeksekusi perubahan secara sistematis.

2. Dalam Inovasi

Framework seperti Design Thinking membantu inovator memahami, mendefinisikan masalah, menggagas ide, membuat prototipe, dan menguji solusi. Framework inovasi menggabungkan kreativitas dengan ketepatan strategi.

3. Dalam Pendidikan

Guru dan perancang kurikulum menggunakan framework seperti Taksonomi Bloom, TPACK, atau Model SAMR untuk menyusun pembelajaran dan integrasi teknologi.

4. Dalam AI dan Prompt Engineering

Framework membantu menyusun prompt dalam AI (seperti Framework SUCCESS atau WRITE) untuk mengarahkan perilaku model, menyempurnakan output, dan menghasilkan respons yang relevan.


Manfaat Framework Thinking

  1. Dapat Diterapkan Lintas Domain – Framework bisa digunakan di berbagai bidang, dari individu ke organisasi.
  2. Kolaborasi – Framework bersama menciptakan bahasa tim yang efisien.
  3. Inovasi – Framework baru membuka paradigma dan strategi baru.
  4. Struktur Pembelajaran – Menyediakan scaffolding bagi pelajar dan pemikir.
  5. Refleksi – Meningkatkan kesadaran metakognitif dan pembelajaran berkelanjutan.

 

Penutup

Framework thinking lebih dari sekadar metode; ia adalah pola pikir yang memberdayakan individu dan organisasi untuk menavigasi kompleksitas, belajar secara efektif, mengambil keputusan strategis, dan menciptakan nilai. Berakar pada ilmu kognitif, pendidikan, kepemimpinan, dan teori organisasi, framework menyediakan kejelasan dan struktur di dunia yang penuh ambiguitas dan kebisingan.

Dari filsafat kuno hingga kecerdasan buatan modern, framework tetap menjadi salah satu alat paling abadi dalam kemajuan manusia. Saat kita melangkah ke masa depan yang saling terhubung dan digerakkan oleh pengetahuan, menguasai seni dan ilmu framework thinking akan menjadi esensial—bukan hanya untuk bertahan hidup, tapi untuk berkembang dengan makna.


Jika mempunyai pertanyaan berkaitan pelatihan, pendampingan, perencanaan dan pengembangan yang kami berikan dan berkeinginan kerjasama, silahkan untuk mengkontak kami, haitan.rachman@inosi.co.id 

 

Comments are closed.

Check Also

Peran Framework dalam Kognisi Manusia

*) Gambar sebagai ilustrasi Peran Framework dalam Kognisi Manusia Manusia pada dasarnya ad…