Home KM dan Inovasi WRITE Framework Pengantar WRITE Framework

Advertisement


Pengantar WRITE Framework

Dalam lanskap penulisan akademik yang terus berkembang, kejelasan, kedalaman, dan koherensi bukan sekadar preferensi gaya—melainkan unsur esensial dalam membangun dan menyampaikan pengetahuan yang bermakna. Menanggapi kebutuhan ini, Mohamad Haitan Rachman mengembangkan Kerangka WRITE, sebuah pendekatan sistematis dan reflektif yang dirancang untuk membimbing penulis, peneliti, dan akademisi dalam proses kompleks menulis karya ilmiah. Kerangka WRITE, yang merupakan akronim dari Widen, Reason, Integrate, Tell, dan Evaluate, bukan hanya urutan langkah menulis yang linear, melainkan model holistik yang mendorong berpikir kritis, organisasi intelektual, dan kejelasan komunikasi.

Kerangka WRITE dimulai dengan prinsip “Widen,” yaitu mendorong penulis untuk memperluas perspektif dengan memahami secara mendalam literatur dan konteks yang relevan terhadap topik mereka. Tahap awal ini menekankan pentingnya memahami lanskap intelektual sebelum berkontribusi di dalamnya. Melalui telaah pustaka yang menyeluruh, eksplorasi tren mutakhir, dan identifikasi celah pengetahuan, penulis membangun fondasi kuat bagi tulisannya. Tahapan ini sangat penting untuk menempatkan riset dalam percakapan akademik yang sedang berlangsung serta membenarkan signifikansi dan urgensi topik yang dipilih. Ini memastikan bahwa tulisan tidak berkembang dalam ruang hampa, melainkan sebagai respons dan kontribusi terhadap pengetahuan yang telah ada.

Setelah pemahaman menyeluruh terhadap topik diperoleh, penulis berlanjut ke tahap “Reason.” Komponen ini menekankan pentingnya berpikir logis, sistematis, dan berbasis bukti. Di sini, penulis diharapkan mengembangkan argumen yang koheren dan didukung data serta penalaran teoretis yang kuat. Ini mencakup perumusan pertanyaan penelitian atau hipotesis yang jelas, pemilihan metodologi yang tepat, serta penyajian temuan dengan ketelitian analitis. Tahap Reason menjadi tulang punggung intelektual dari setiap tulisan ilmiah. Di sinilah kapasitas berpikir kritis penulis paling terlihat, menunjukkan kemampuannya dalam membangun dan mempertahankan posisi melalui diskursus rasional, bukan sekadar opini.

Setelah argumen dikembangkan, tahap “Integrate” mengajak penulis untuk menghubungkan beragam data, teori, dan temuan. Integrasi adalah tahap sintesis dalam menulis, di mana potongan-potongan bukti dan wawasan teoritis dirangkai menjadi narasi yang utuh. Ini memerlukan pemahaman mendalam tentang bagaimana berbagai elemen saling berkaitan satu sama lain dan terhadap tesis utama. Integrasi yang efektif menjembatani jurang antara observasi empiris dan interpretasi teoritis, memungkinkan penulis membangun makna alih-alih hanya melaporkan informasi. Tahapan ini sangat penting dalam konteks akademik yang menuntut pemikiran interdisipliner atau analisis komparatif, karena membantu menyatukan sumber-sumber yang beragam menjadi satu alur gagasan yang meyakinkan.

Dengan isi dan hubungan antar gagasan yang sudah dibentuk, langkah selanjutnya adalah “Tell.” Pada fase ini, fokus beralih pada penyampaian ide—memastikan bahwa narasi tidak hanya kuat secara intelektual tetapi juga disampaikan secara jelas dan efektif. Penulisan akademik yang baik harus terstruktur, mudah diakses, dan menarik. Penulis didorong untuk menggunakan bahasa akademik yang dapat dipahami tanpa mengorbankan kedalaman, menyusun bab dan paragraf secara logis, dan menghindari jargon berlebihan. Tahap Tell adalah saat penulis menjadi penyampai cerita—bukan dalam arti fiksi, melainkan dalam kemampuannya membimbing pembaca melalui argumen kompleks dengan presisi dan alur yang lancar. Keberhasilan tahap ini terletak pada kemampuan penulis dalam menerjemahkan gagasan yang rumit menjadi prosa yang jelas tanpa kehilangan nilai ilmiahnya.

Komponen terakhir dari Kerangka WRITE adalah “Evaluate.” Fase ini menuntut refleksi kritis terhadap keseluruhan karya. Penulis diminta untuk menilai kekuatan dan keterbatasan penelitiannya, membahas implikasi temuan, dan mengusulkan arah penelitian selanjutnya. Evaluasi bukan sekadar penutup, tetapi proses meta-kognitif yang mengajak penulis untuk mundur sejenak dan mempertimbangkan signifikansi karyanya dalam konteks yang lebih luas. Di sinilah kerendahan hati akademik bertemu dengan kontribusi ilmiah, dengan mengakui apa yang telah dicapai sekaligus menunjukkan apa yang masih perlu diteliti. Dengan demikian, fase ini menutup proses penulisan dengan wawasan dan tujuan yang kuat, meninggalkan pembaca dengan pemahaman yang jernih tentang nilai dari riset tersebut.

Untuk memahami bagaimana Kerangka WRITE diterapkan dalam praktik, bayangkan seorang mahasiswa pascasarjana yang menulis tesis tentang tantangan implementasi kebijakan energi hijau di Asia Tenggara. Pada tahap Widen, mahasiswa tersebut mulai dengan menelaah perjanjian iklim internasional, perkembangan kebijakan regional, dan studi akademik terdahulu tentang adopsi energi berkelanjutan. Ia menemukan adanya kekurangan kajian terkait hambatan sosiopolitik dalam konteks lokal. Pada tahap Reason, ia merumuskan pertanyaan sentral tentang bagaimana budaya politik memengaruhi pelaksanaan program energi hijau. Ia memilih pendekatan kualitatif, mewawancarai pembuat kebijakan, perwakilan LSM, dan penyedia energi lokal. Argumennya, yang didasarkan pada data wawancara dan analisis kebijakan, membentuk kritik yang terstruktur terhadap kerangka implementasi yang ada.

Pada tahap Integrate, mahasiswa tersebut menghubungkan temuan dari berbagai negara, membandingkan bagaimana transparansi pemerintah dan keterlibatan sipil memengaruhi hasil kebijakan. Ia menggunakan teori politik dan studi pembangunan untuk menginterpretasikan pola yang muncul dari datanya. Selama tahap Tell, ia menyusun tesis secara logis, mulai dari latar belakang, metodologi, temuan, hingga diskusi, dengan bahasa yang jelas dan contoh konkret untuk membantu pembaca memahami konsep teoretis dalam konteks nyata. Akhirnya, pada tahap Evaluate, ia merangkum temuan utama, mencatat keterbatasan geografis dari penelitiannya, dan mengusulkan studi lanjutan terkait peran donor internasional dalam kebijakan energi. Ia juga merefleksikan implikasi praktis dari temuan bagi strategi pembangunan berkelanjutan.

Apa yang menjadikan Kerangka WRITE begitu menarik adalah fleksibilitasnya. Framework ini cukup luwes untuk diterapkan pada berbagai jenis tulisan akademik—mulai dari artikel jurnal, disertasi, hingga buku lintas disiplin—namun cukup terstruktur untuk menjaga koherensi dan kejelasan intelektual. WRITE mendorong pendekatan penulisan yang teratur sekaligus kreatif, mendorong penulis untuk berpikir mendalam, berargumen dengan jelas, menyintesis secara bermakna, menyampaikan secara efektif, dan merefleksikan secara kritis.

Pada akhirnya, Kerangka WRITE karya Mohamad Haitan Rachman bukan sekadar teknik—melainkan pola pikir, cara berpikir dan menulis yang menjembatani tuntutan keunggulan akademik dengan seni komunikasi yang efektif. Framework ini memungkinkan penulis mengubah ide-ide kompleks menjadi narasi terstruktur yang tidak hanya menginformasikan tetapi juga menginspirasi. Dengan membimbing proses penulisan dari tahap eksplorasi hingga refleksi, Kerangka WRITE berfungsi sebagai peta jalan sekaligus cermin, membantu para ilmuwan menavigasi perjalanan intelektual mereka sambil terus mengevaluasi arah dan dampak dari karya yang mereka hasilkan.


Jika mempunyai pertanyaan berkaitan pelatihan, pendampingan dan pengembangan sistem yang kami berikan serta berkeinginan kerjasama, silahkan kontak kami melalui haitan.rachman@inosi.co.id

 


Advertisement


  • Introduction to WRITE Framework

    In the evolving landscape of academic writing, clarity, depth, and coherence are not merel…
Load More In WRITE Framework
Comments are closed.

Advertisement