Home Teori-Teori Framework Thinking Peran Framework dalam Kognisi Manusia

Peran Framework dalam Kognisi Manusia

13 min read
35

*) Gambar sebagai ilustrasi

Peran Framework dalam Kognisi Manusia


Manusia pada dasarnya adalah pencari pola. Dari mengenali bentuk di langit hingga memetakan teori-teori abstrak tentang alam semesta, pikiran kita secara alami berupaya memahami dunia melalui struktur. Kecenderungan kognitif bawaan ini menjelaskan mengapa framework (kerangka berpikir) bukan hanya alat yang berguna—melainkan merupakan ekstensi mendasar dari cara manusia berpikir.

Framework berfungsi sebagai skema eksternal yang disengaja: model mental terstruktur yang menyusun informasi, menyederhanakan kompleksitas, dan membimbing interaksi kita dengan realitas. Dalam ilmu kognitif, struktur mental semacam ini sangat penting dalam cara kita merasakan, menafsirkan, mengingat, dan belajar. Framework tidak menggantikan proses berpikir—framework justru membentuknya, meningkatkannya, dan menjadikannya dapat dibagikan lintas individu, generasi, dan disiplin ilmu.

Esai ini mengupas secara mendalam peran framework dalam kognisi manusia, bagaimana framework selaras dengan proses mental alami kita, serta bagaimana ia meningkatkan fungsi-fungsi kognitif utama seperti kejernihan, ingatan, pembelajaran, dan komunikasi.


Framework sebagai Skema yang Dieksternalisasi

Untuk memahami bagaimana framework bekerja dalam pikiran, kita perlu memahami terlebih dahulu konsep dasar dalam psikologi kognitif: skema.

Skema: Cetak Biru Mental

Skema adalah struktur mental yang menyusun kategori informasi dan hubungan di antaranya. Skema membantu individu memahami pengalaman baru dengan membandingkannya pada pengetahuan sebelumnya. Misalnya, seorang anak memiliki skema “hewan” yang meliputi ciri seperti “berkaki empat”, “bergerak”, dan “mengeluarkan suara”. Ketika ia melihat kuda untuk pertama kalinya, ia bisa mengenalinya sebagai hewan karena cocok dengan skema tersebut.

Skema terbentuk melalui pengalaman dan pengulangan, dan menjadi semakin kompleks seiring pertumbuhan dan pembelajaran. Namun, skema ini bersifat internal dan sering kali bekerja secara tidak sadar.

Framework: Skema yang Disadari dan Dirancang

Framework, sebaliknya, adalah skema yang disengaja dan dieksternalisasi. Framework adalah model mental yang diwujudkan secara nyata—dalam bentuk diagram, matriks, akronim, atau sistem—yang membantu kita tidak hanya memahami, tetapi juga membagikan dan menyempurnakan cara berpikir kita.

Jika skema bersifat otomatis dan internal, framework bersifat terstruktur dan dirancang. Framework memiliki keunggulan sebagai:

  • Dapat dikomunikasikan – dapat dibagikan kepada orang lain
  • Dapat diuji – terbuka terhadap kritik dan revisi
  • Berskala – dapat diterapkan pada berbagai konteks
  • Portabel – dapat digunakan kembali untuk masalah serupa

Dengan kata lain, framework mengubah kognisi implisit menjadi kognisi eksplisit dan strategis.


Bagaimana Framework Meningkatkan Kognisi Manusia

Framework memperkuat berbagai dimensi dari performa mental. Framework tidak hanya mengatur pengetahuan; framework juga meningkatkan proses kognitif itu sendiri. Bagian-bagian berikut menjelaskan lima kontribusi utama framework terhadap pemikiran manusia.


1. Kejernihan – Mengurangi Ambiguitas

Di dunia yang penuh dengan informasi, kejernihan adalah kekuatan super. Framework memberikan kejernihan dengan menyusun hubungan, batasan, dan struktur dalam suatu topik. Dengan mengidentifikasi hal-hal yang penting dan bagaimana bagian-bagiannya saling terhubung, framework mengubah ide-ide abstrak menjadi bentuk yang mudah dicerna.

Sebagai contoh dalam proses pengambilan keputusan:

  • Tanpa framework, kita bisa menimbang opsi secara tidak konsisten atau tenggelam dalam detail yang tidak relevan.
  • Dengan framework seperti Decision Matrix atau Tabel Kelebihan/Kekurangan, kita bisa fokus pada kriteria yang penting, membuat perbandingan menjadi terlihat, dan membenarkan pilihan kita.

Framework melawan kelebihan beban kognitif—kondisi di mana terlalu banyak informasi tapi terlalu sedikit struktur—dengan menciptakan keteraturan konseptual dari kekacauan informasi.

“Kejernihan mendahului penguasaan.” — Robin Sharma
Framework menawarkan kejernihan yang diperlukan untuk menguasai pikiran dan tindakan.


2. Fokus – Menyoroti Hal yang Penting

Framework membantu kita untuk memusatkan perhatian pada komponen esensial dari suatu masalah, tugas, atau topik. Framework menyingkirkan gangguan dan mengarahkan perhatian pada variabel yang paling berarti.

Secara kognitif, framework meningkatkan perhatian selektif—proses mental untuk memfokuskan perhatian pada rangsangan tertentu sambil mengabaikan yang lain. Ini sangat vital dalam pemecahan masalah, di mana mengidentifikasi faktor kunci dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan.

Ambil contoh SWOT Analysis (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats):

  • Framework ini memaksa individu atau tim untuk berkonsentrasi pada empat dimensi krusial dari suatu situasi.
  • Dengan membagi wawasan ke dalam kategori, framework ini mengurangi kebisingan yang tidak relevan dan mendorong diskusi yang terfokus.

Secara esensial, framework membantu orang untuk menyaring realitas—mengubah masukan yang berlebihan menjadi pemahaman yang terprioritaskan.


3. Ingatan – Meningkatkan Daya Simpan

Manusia lebih mudah mengingat informasi yang terstruktur dibandingkan data yang tidak teratur. Hal ini didukung oleh teori chunking dalam psikologi kognitif: kita lebih mampu mengingat informasi bila disusun dalam “potongan-potongan” bermakna daripada sebagai potongan acak.

Framework mendukung proses ini dengan menyusun pengetahuan ke dalam format yang mudah diingat, seperti:

  • Akronim (misalnya SMART Goals)
  • Matriks (seperti Eisenhower Matrix)
  • Hierarki (seperti Taksonomi Bloom)

Dengan memberlakukan struktur, framework menciptakan alat bantu ingatan—alat yang meningkatkan daya ingat melalui pola, irama, atau visualisasi. Hal ini sangat berguna dalam pendidikan, pelatihan, presentasi, dan pembinaan.

Ketika seorang manajer perlu mengingat dan mengkomunikasikan strategi kinerja, menggunakan Balanced Scorecard (dengan empat perspektif utamanya) jauh lebih efektif daripada mencantumkan puluhan metrik yang tidak terhubung.


4. Pembelajaran – Memperdalam Pemahaman

Pembelajaran bukan sekadar menghafal fakta—tetapi tentang menghubungkan, mengontekstualisasikan, dan menerapkan pengetahuan. Framework mempercepat proses ini dengan membantu pembelajar:

  • Melihat pola dalam informasi
  • Memetakan hubungan antar konsep
  • Mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang sudah ada

Misalnya, Siklus Pembelajaran Eksperiensial Kolb (Pengalaman Konkret, Observasi Reflektif, Konseptualisasi Abstrak, Eksperimen Aktif) memberikan framework tentang bagaimana orang belajar dari pengalaman. Framework ini memberi pembelajar kerangka untuk memahami bukan hanya apa yang mereka pelajari, tetapi bagaimana mereka belajar dengan baik.

Framework juga mendukung pembelajaran konstruktivis—gagasan bahwa pembelajar secara aktif membangun pengetahuan melalui interaksi dan refleksi. Ketika siswa diberikan framework konseptual tentang suatu topik, mereka lebih mampu bertanya, menguji hipotesis, dan membangun makna baru.

Inilah sebabnya mengapa pedagogi modern sering menggunakan learning frameworks seperti:

  • TPACK (untuk pengajaran berbasis teknologi)
  • SOLO Taxonomy (untuk menilai kedalaman pembelajaran)
  • SECI Model Nonaka (untuk penciptaan pengetahuan)

Framework mengubah fakta-fakta yang terpisah menjadi pemahaman yang kohesif.


5. Komunikasi – Membangun Bahasa Bersama

Mungkin fungsi kognitif paling kuat dari framework adalah kemampuannya untuk menjembatani pikiran. Framework memungkinkan kelompok untuk berbagi, mendiskusikan, dan menyempurnakan ide-ide dalam bahasa konseptual yang sama.

Tanpa framework bersama:

  • Rapat menjadi membingungkan.
  • Strategi menjadi terfragmentasi.
  • Pembelajaran menjadi tidak konsisten.

Dengan framework bersama:

  • Tim dapat sejajar dengan cepat.
  • Diskusi menjadi lebih konstruktif.
  • Pengetahuan menyebar lebih efisien.

Contohnya, ketika tim proyek menggunakan Agile Scrum Framework, mereka sejajar dalam ritual (sprint, stand-up), peran (scrum master, product owner), dan metrik (backlog, velocity) yang sama.

Framework bertindak sebagai jangkar kognitif dalam lingkungan kolaboratif. Framework menciptakan rasa aman karena memberikan struktur yang jelas bagi setiap orang untuk berkontribusi. Framework juga membantu menyelesaikan kesalahpahaman dengan menjadikan asumsi dan logika terlihat dan bisa didiskusikan.

Dalam ilmu kognitif, framework berfungsi sebagai artefak kognitif eksternal—alat di luar otak yang mendukung pemikiran dalam otak. Seperti halnya menulis membantu kita mengingat dan merefleksi, framework membantu kita berpikir dan membangun bersama.


Kesimpulan: Framework sebagai Infrastruktur Kognitif

Peran framework dalam kognisi manusia bukanlah peran tambahan—melainkan peran utama. Framework berfungsi sebagai infrastruktur kognitif: kerangka yang meninggikan cara kita memahami, mengingat, belajar, memutuskan, dan berkomunikasi.

Dengan menyelaraskan framework terhadap proses alami seperti pembentukan skema, perhatian selektif, chunking memori, dan pemetaan konseptual, framework menjadi perpanjangan dari pikiran manusia itu sendiri. Framework membantu kita melampaui informasi mentah untuk mencapai kejernihan, fokus, ingatan kuat, pembelajaran mendalam, dan pemahaman bersama.

Ketika individu dan organisasi berupaya berpikir lebih jernih dan bertindak lebih bijak di tengah dunia yang penuh gejolak, penggunaan framework secara sadar akan menjadi keunggulan utama. Dan ketika lebih banyak orang mengadopsi framework thinking, mereka tidak hanya menjadi pemikir yang lebih baik—tetapi juga menjadi pembelajar, kolaborator, dan pemimpin yang lebih baik.


Jika mempunyai pertanyaan berkaitan pelatihan, pendampingan, perencanaan dan pengembangan yang kami berikan dan berkeinginan kerjasama, silahkan untuk mengkontak kami, haitan.rachman@inosi.co.id 

 

Comments are closed.

Check Also

Framework Thinking dan Teori Para Ahli: Eksplorasi Komprehensif

*) Gambar sebagai ilustrasi   Framework Thinking dan Teori Para Ahli: Eksplorasi Komp…