Home Business Development SUCCESS Framework Segmen Pusat Pelatihan, Pusdiklat, dan SDM: Membangun Pembelajaran Reflektif dan Transformatif dengan SUCCESS Framework

Segmen Pusat Pelatihan, Pusdiklat, dan SDM: Membangun Pembelajaran Reflektif dan Transformatif dengan SUCCESS Framework

*) Gambar sebagai ilustrasi

Segmen Pusat Pelatihan, Pusdiklat, dan SDM: Membangun Pembelajaran Reflektif dan Transformatif dengan SUCCESS Framework

By: Mohamad Haitan Rachman

Silahkan Gunakan SUCCESS Coach GPThttps://chatgpt.com/g/g-685378e0ad5081919b4923e2021529ac-success-coach-gpt-structured-thinking-success


Pendahuluan: Dari Pelatihan Biasa ke Pembelajaran yang Bermakna

Dalam era perubahan yang cepat dan kompleks, organisasi tidak cukup hanya mengandalkan pelatihan rutin untuk meningkatkan kualitas SDM. Dibutuhkan pendekatan pembelajaran yang lebih reflektif, transformatif, dan terhubung langsung dengan tujuan strategis organisasi. Inilah tantangan sekaligus peluang bagi Pusat Pelatihan, Pusdiklat, dan unit SDM untuk menjadi motor penggerak transformasi organisasi melalui pembelajaran yang berdaya ubah.

SUCCESS Framework, karya Mohamad Haitan Rachman, hadir sebagai alat bantu strategis untuk merancang dan melaksanakan program pelatihan yang tidak sekadar transfer pengetahuan, tetapi membentuk cara berpikir baru, membangun kesadaran sistemik, dan mendorong aksi nyata pasca-pelatihan.


1. Smart Understanding: Mengidentifikasi Kebutuhan Kompetensi Riil

Pelatihan yang bermakna dimulai dari pemahaman mendalam terhadap kebutuhan kompetensi aktual pegawai, bukan sekadar mengikuti kalender pelatihan tahunan.

Langkah strategis:

  • Melakukan TNA (Training Needs Assessment) berbasis kinerja
  • Wawancara dengan pimpinan unit kerja
  • Survei pemetaan gap kompetensi di tiap jabatan
  • Menyelaraskan kebutuhan pelatihan dengan rencana kerja organisasi

Contoh:
Sebuah pusdiklat kementerian menyadari bahwa banyak pelatihan tentang manajemen proyek diberikan kepada pegawai yang tidak memegang peran proyek. Maka, mereka menyusun ulang pelatihan dengan segmentasi peserta dan pemetaan kebutuhan berdasarkan peran kerja nyata.


2. Understanding Context: Menyesuaikan dengan Tantangan Organisasi

Pelatihan tidak boleh lepas dari konteks organisasi: arah kebijakan, target kinerja, budaya kerja, serta tantangan eksternal yang dihadapi instansi.

Hal yang perlu diperhatikan:

  • Apakah organisasi sedang menjalani transformasi digital?
  • Apakah ada target kinerja strategis yang belum tercapai?
  • Apa hambatan utama yang dihadapi pegawai di lapangan?

Dengan pemahaman konteks ini, pusdiklat dapat merancang pelatihan yang:

  • Adaptif terhadap isu terkini
  • Mendukung agenda perubahan organisasi
  • Membentuk mindset dan perilaku baru, bukan sekadar menambah pengetahuan

Contoh:
Sebuah BUMN menghadapi tantangan pelayanan pelanggan di era digital. Maka pelatihan tidak hanya mengajarkan “cara menjawab telepon”, tetapi juga “mengelola reputasi digital”, “menghadapi pelanggan di media sosial”, hingga “penggunaan AI dalam pelayanan”.


3. Creativity: Metode Pembelajaran Aktif dan Blended

Pelatihan konvensional dengan ceramah satu arah sudah tidak lagi relevan. SUCCESS mendorong pendekatan kreatif dalam proses belajar, seperti:

  • Problem-based learning
  • Simulasi dan studi kasus nyata organisasi
  • Blended learning (kombinasi tatap muka, daring, microlearning)
  • Peer coaching dan action learning

Hal ini menciptakan suasana belajar yang:

  • Interaktif
  • Berbasis pengalaman
  • Menyenangkan dan membangun rasa ingin tahu

Contoh:
Pusdiklat daerah menyelenggarakan pelatihan kepemimpinan berbasis simulasi krisis daerah: peserta diminta mengambil keputusan, berkomunikasi dengan stakeholder, dan menghadapi tantangan reputasi di media.


4. Clarity: Tujuan Pelatihan yang Jelas dan Relevan

Pelatihan sering gagal bukan karena materinya buruk, tetapi karena tujuan pembelajarannya tidak dikomunikasikan dengan jelas. Clarity dalam SUCCESS menekankan pentingnya:

  • Tujuan pelatihan yang spesifik, terukur, dan relevan
  • Disampaikan sejak awal ke peserta
  • Dihubungkan langsung dengan peran dan pekerjaan peserta

Contoh tujuan yang jelas:

“Peserta mampu menyusun rencana digitalisasi proses kerja di unit masing-masing, menggunakan prinsip lean management.”

Dengan tujuan yang terukur, peserta akan:

  • Paham ekspektasi pelatihan
  • Meningkatkan fokus dan motivasi belajar
  • Lebih mudah mengukur keberhasilan pelatihan

5. Exploration: Studi Kasus dan Simulasi untuk Meningkatkan Relevansi

Pembelajaran tidak bisa hanya teori. Peserta perlu menjelajahi dan mengalami realitas tantangan kerja melalui simulasi, role play, atau studi kasus dari unit kerja mereka sendiri.

Beberapa pendekatan:

  • Simulasi rapat strategis
  • Roleplay konflik antar unit
  • Studi kasus proyek gagal dan analisis perbaikannya
  • Diskusi kelompok untuk memecahkan masalah nyata organisasi

Contoh:
Dalam pelatihan manajemen risiko, peserta diminta menganalisis kasus nyata yang terjadi di organisasi mereka dalam 3 tahun terakhir, dan merancang mitigasi baru berdasarkan hasil diskusi kelompok.


6. Strategy: Integrasi Pelatihan dengan Strategi Organisasi

Pusat pelatihan yang efektif tidak hanya menjadi penyelenggara teknis, tetapi menjadi mitra strategis bagi manajemen puncak. Pelatihan harus dirancang sebagai bagian dari strategi organisasi, bukan hanya “kegiatan tahunan”.

Langkah integrasi strategis:

  • Melibatkan manajemen puncak dalam desain pelatihan
  • Menghubungkan modul pelatihan dengan indikator kinerja organisasi
  • Menjadikan hasil pelatihan sebagai dasar perbaikan proses kerja
  • Mengembangkan kurikulum tahunan berdasarkan arah strategis perusahaan

Contoh:
Pusdiklat suatu kementerian menyusun “Akademi Inovasi Pelayanan Publik” sebagai program strategis tahunan, yang mendukung target KemenPAN-RB dalam reformasi birokrasi.


7. Synthesis: Rencana Aksi Pasca-Pelatihan

SUCCESS menekankan bahwa pelatihan tidak berakhir di ruang kelas. Peserta harus dibantu untuk menyusun rencana tindak lanjut (action plan) yang konkret dan relevan, agar transfer pembelajaran menjadi transformasi kinerja.

Beberapa contoh kegiatan synthesis:

  • Presentasi rencana aksi ke atasan langsung
  • Coaching pasca-pelatihan untuk implementasi
  • Pembuatan laporan dampak pelatihan dalam 1–3 bulan ke depan
  • Forum alumni pelatihan untuk berbagi praktik baik

Contoh:
Peserta pelatihan “Kepemimpinan Adaptif” diminta menyusun rencana perubahan kecil di unitnya (mini project) dalam 2 minggu setelah pelatihan, dan didampingi mentor dalam proses implementasinya.


Studi Kasus: Pusdiklat Pemerintah Daerah dengan SUCCESS

Sebuah Pusdiklat provinsi menerapkan SUCCESS dalam menyusun program “Pelatihan Layanan Publik Berbasis Digital”:

  • Smart Understanding: Melakukan pemetaan kompetensi ASN bidang pelayanan publik.
  • Understanding Context: Menyelaraskan dengan target SPBE dan indeks kepuasan masyarakat.
  • Creativity: Menggunakan metode blended learning dan simulasi chatbot layanan.
  • Clarity: Tujuan pelatihan dirumuskan dalam bentuk learning outcomes yang spesifik.
  • Exploration: Peserta menganalisis dan menyempurnakan layanan digital daerah masing-masing.
  • Strategy: Program pelatihan menjadi bagian dari agenda reformasi birokrasi provinsi.
  • Synthesis: Peserta membuat prototipe layanan digital dan mendemonstrasikannya di hadapan pimpinan.

Penutup: SUCCESS untuk Pelatihan Bermakna

Dengan menggunakan SUCCESS Framework, pusat pelatihan, pusdiklat, dan unit SDM dapat bertransformasi dari sekadar “penyelenggara kursus” menjadi arsitek pembelajaran strategis yang berorientasi pada perubahan cara berpikir, peningkatan kinerja, dan penguatan budaya organisasi.

SUCCESS menjadikan pelatihan sebagai sarana perubahan nyata—dari mindset, skillset, hingga impact di tempat kerja.


Jika mempunyai pertanyaan berkaitan pelatihan, pendampingan, analisa penerapan FRAMEWORK dan pengembangan sistem yang kami berikan serta berkeinginan kerjasama, silahkan kontak kami melalui haitan.rachman@inosi.co.id

 

Load More In SUCCESS Framework
Comments are closed.