
Siklus 4M Sebagai Proses Never Ending Improvement (NEI):
Mudzakarah → Musyawarah → Mujahadah → Muhasabah → Mudzakarah (ulang)
(Setiap putaran menghasilkan satu perbaikan kecil, satu nilai baru, atau satu kebiasaan unggul)
Transformasi Digital Tanpa Mudzakarah dan Musyawarah? Inilah Risiko yang Terjadi
Pendahuluan
Transformasi digital kini menjadi agenda utama banyak organisasi. Perusahaan, lembaga pendidikan, institusi pemerintah, hingga komunitas sosial berlomba-lomba mengadopsi teknologi baru untuk meningkatkan efisiensi, daya saing, dan kualitas layanan. Namun, dalam euforia digitalisasi, seringkali organisasi melupakan satu hal mendasar: manusia dan nilai-nilainya. Teknologi bisa dibeli, sistem bisa dirancang, tetapi perubahan budaya dan pola pikir tidak bisa di-install semudah aplikasi.
Dalam konteks ini, Framework 4M—yang mencakup Mudzakarah, Musyawarah, Mujahadah, dan Muhasabah—memberikan lensa yang lebih manusiawi dan berkelanjutan dalam menyikapi perubahan, termasuk transformasi digital. Dua tahap awal dalam siklus ini—mudzakarah dan musyawarah—memegang peran kunci dalam menjamin keberhasilan transformasi digital yang tidak hanya teknis, tetapi juga inklusif, partisipatif, dan bermakna.
Apa Itu Mudzakarah dan Musyawarah dalam Konteks Organisasi Digital?
- Mudzakarah adalah proses eksplorasi ide, pertukaran pengetahuan, dan diskusi reflektif antar anggota organisasi. Tujuannya adalah membangun kesadaran kolektif terhadap isu dan peluang yang dihadapi.
- Musyawarah adalah proses pengambilan keputusan berbasis dialog dan mufakat. Bukan hanya voting atau otoritas sepihak, tetapi keterlibatan aktif semua pihak yang terdampak oleh keputusan tersebut.
Dalam proses transformasi digital, kedua tahapan ini idealnya dilakukan sebelum memilih teknologi apa yang akan digunakan, strategi apa yang akan diterapkan, dan pola kerja apa yang akan diubah.
Apa yang Terjadi Jika Transformasi Digital Melewati Mudzakarah dan Musyawarah?
Berikut adalah beberapa risiko nyata yang kerap muncul:
1. Resistensi Karyawan yang Tidak Terlibat Sejak Awal
Transformasi digital yang diputuskan secara top-down tanpa dialog sering menimbulkan resistensi. Karyawan merasa hanya menjadi objek, bukan subjek perubahan. Padahal, merekalah yang akan mengoperasikan sistem baru sehari-hari.
🔴 Risiko: Kurangnya rasa memiliki terhadap sistem baru, munculnya sabotase pasif, atau sekadar kepatuhan formal tanpa antusiasme.
✅ Solusi: Libatkan karyawan dalam mudzakarah—ajak mereka berbagi pengalaman, keluhan sistem lama, dan harapan terhadap sistem baru.
2. Kesalahan Strategi karena Tidak Menggali Masalah Nyata di Lapangan
Tanpa sesi eksplorasi (mudzakarah), organisasi seringkali membuat keputusan teknologi berdasarkan tren, bukan kebutuhan riil. Akibatnya, sistem mahal dibangun tanpa menyelesaikan masalah inti.
🔴 Risiko: Investasi teknologi tidak berdampak signifikan. Bahkan, bisa memperumit pekerjaan jika tidak sesuai konteks.
✅ Solusi: Gunakan mudzakarah untuk menjaring wawasan dari frontline team, pelanggan, dan stakeholders internal.
3. Ketimpangan Komunikasi Antar Departemen
Digitalisasi sering membutuhkan integrasi lintas fungsi. Tanpa musyawarah, ego sektoral tetap kuat dan sistem jadi terfragmentasi.
🔴 Risiko: Sistem digital menjadi silo baru. Integrasi data gagal, koordinasi lemah.
✅ Solusi: Fasilitasi musyawarah lintas departemen untuk merumuskan kebutuhan bersama dan komitmen integrasi.
4. Kebijakan Teknologi Tidak Berakar pada Nilai Organisasi
Teknologi hanyalah alat. Jika implementasinya tidak dilandasi nilai dan budaya organisasi, maka digitalisasi akan menjadi asing, dingin, dan kontraproduktif.
🔴 Risiko: Budaya organisasi tercerabut, semangat kerja menurun, orientasi kerja hanya pada angka—bukan makna.
✅ Solusi: Dalam musyawarah, diskusikan nilai-nilai inti organisasi yang perlu dijaga saat transformasi.
5. Minimnya Komitmen Eksekusi dan Perubahan Perilaku
Tanpa keterlibatan sejak awal, karyawan hanya mengikuti SOP tanpa semangat inovasi. Perubahan teknologi tidak diiringi perubahan pola pikir.
🔴 Risiko: Transformasi digital hanya bersifat kosmetik (lip service), tidak menyentuh mindset dan kebiasaan kerja.
✅ Solusi: Gunakan hasil musyawarah untuk menyusun komitmen bersama yang menjadi dasar fase berikutnya, yaitu mujahadah (pelaksanaan penuh perjuangan).
Mengapa Dialog Menjadi Fondasi Transformasi?
Transformasi digital bukan semata soal perangkat lunak dan perangkat keras, tetapi tentang perubahan manusia, hubungan, dan cara berpikir. Dalam budaya Indonesia dan nilai-nilai spiritualitas timur, dialog bukan hanya alat komunikasi, tapi proses pembelajaran dan pembentukan makna.
- Mudzakarah membangun ruang aman untuk belajar bersama
- Musyawarah melatih kesepakatan tanpa paksaan
- Keduanya memperkuat ownership dan komitmen
Transformasi yang dimulai dari dialog akan lebih kokoh, karena didukung oleh akal, hati, dan tindakan kolektif.
Rekomendasi Praktis untuk Perusahaan
1. Buat Sesi Mudzakarah Rutin
- Jadwalkan sesi eksplorasi ide dan masalah tiap bulan atau per proyek besar
- Libatkan semua level staf
2. Terapkan Musyawarah sebagai Gaya Rapat
- Dorong mufakat, hindari dominasi
- Gunakan metode design thinking + musyawarah
3. Dokumentasikan Komitmen Bersama
- Hasil musyawarah dituangkan dalam charter atau manifesto transformasi
- Tanda tangani bersama
5. Gabungkan dengan Mujahadah dan Muhasabah
- Setelah keputusan, kuatkan pelaksanaan dan evaluasi berkelanjutan
- Gunakan siklus 4M penuh sebagai kerangka perubahan
Penutup: Teknologi Akan Terus Berkembang, Tapi Dialog Harus Lebih Dulu
Transformasi digital yang sukses bukan hanya hasil coding dan investasi, tetapi hasil dari percakapan yang jujur, reflektif, dan kolaboratif. Framework 4M memberikan ruang itu: mudzakarah untuk menggali, musyawarah untuk menyatukan, mujahadah untuk menjalankan, dan muhasabah untuk mengevaluasi.
Tanpa dialog, transformasi hanya akan menjadi perubahan dangkal yang cepat usang. Tapi dengan dialog, transformasi menjadi proses bermakna yang memperkuat karakter, budaya, dan arah organisasi.
Jadi, sebelum Anda membeli software baru, duduklah bersama. Dengarkan. Bicarakan. Itulah awal dari transformasi yang sejati.
Jika mempunyai pertanyaan berkaitan pelatihan, pendampingan, perencanaan dan pengembangan yang kami berikan dan berkeinginan kerjasama, silahkan untuk mengkontak kami, haitan.rachman@inosi.co.id